Pendaftaran Kader PDI Perjuangan

Kembali Lombakan Cerdas Cermat Bahasa Bali, Guru Besar UNUD Puji PDI Perjuangan Bali

  • 04 April 2022
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 1069 Pengunjung

Prof. Drs. I Nyoman Suarka, M.Hum mengapresiasi penuh rangkaian kegiatan lomba cerdas cermat Bahasa Bali di Sekretariat DPD PDI Perjuangan Bali yang dimulai pada Sabtu (2/4/2022).

Menurut Prof. Suarka, secara umum babak penyisihan berjalan lancar. Kesiapan sudah lebih baik karena ini Utsawa Widyatarka (lomba cerdas cermat Bahasa Bali) yang kedua. Tahun ini peserta sudah bisa menyiapkan dari jauh hari, tidak seperti lomba sebelumnya. “Hanya PDI Perjuangan Bali yang konsisten mengadakan lomba ini. Belum ada yang lain. Pertama, perintis dan satu-satunya,” ujar akademisi dari Universitas Udayana ini.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya ini sangat berterima kasih kepada PDI Perjuangan Bali yang secara konsisten terus mengadakan lomba cerdas cermat Bahasa Bali sejak tahun 2021. “Ini merupakan implementasi nyata dari Pergub no 1 tahun 2018 tentang penggunaan Sastra dan Bahasa Bali. Hal ini penting karena dengan penggunaan Bahasa Bali, akan ada penguatan sikap bahasa sehingga menjadi roh atau jiwa Budaya Bali itu sendiri,” jelas pria yang menjabat sebagai Koordinator Prodi Sastra Jawa Kuna.

Profesor yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Sastra Bahasa Bali ini ternyata juga dipercaya menjadi koordinator juri pada lomba cerdas cermat Bahasa Bali Memperingati HUT ke-49 PDI Perjuangan dan Bulan Bung Karno tahun 2022. Dirinya berharap agar para juara lomba ini mau melanjutkan kuliah Sastra Bali. Tujuannya agar mampu diberdayakan di masa depan dalam upaya strategi pemanfaatan Sastra Budaya Bali menjadi sumber kesejahteraan dalam bidang kewirausahaan maupun persaingan teknologi modern.

Tahun lalu dirinya juga mengaku ikut terlibat dalam kegiatan serupa. Penilaian utama yang jadi unggulan pada lomba ini adalah kecerdasan para peserta. Tidak seperti lomba cerdas cermat biasa, kecerdasan pada lomba ini berimplikasi terhadap rasa memiliki dan menghayati aksara dan sastra Bali. Juri akan menilai kompetensi, sikap, dan bahasa yang digunakan peserta. Bukan hanya hafalan semata.

Penggunaan Bahasa Bali yang dilombakan diatur sedemikian rupa tergantung tingkat pendidikan peserta lomba. Pada tingkat SD digunakan Bahasa yang paling dasar atau biasa disebut Bahasa Bali Kepara. Tingkat SMP menggunakan Bahasa yang menengah atau Bahasa Madya dan tingkat SMA menggunakan Bahasa Bali halus, minimal sampai Bahasa Alus Sor.

Prof. Suarka berpesan agar peserta di babak penyisihan mementingkan kualitas dan mengejar nilai setinggi-tingginya dan mempersiapkan diri berdasarkan kurikulum yang telah dijelaskan sebelumnya. “Peserta yang lolos bukan yang menjadi juara grup, tapi yang memiliki nilai total tertinggi. Ini jadi indikasi kesiapan peserta, karena nanti ada kejutan-kejutan soal dari dewan juri,” terangnya.

Banyak kejadian yang menarik selama berlangsungnya lomba, mulai dari anak-anak SD yang masih kecil hingga bersikap nyeleneh. Ada yang riang gembira mengikuti lomba, ada yang tegang, dan ada yang sampai terbengong. Ada pula peserta yang terlalu semangat hingga salah memencet tombol. “Ada anak SMA yang bahkan sudah sangat mempersiapkan diri. Sudah tahu materinya dan pencet tombol alarmnya duluan,” ujar Prof. Suarka sambil tertawa kecil. (Bagus Kresna).


  • 04 April 2022
  • Oleh: PDI Perjuangan Bali
  • Dibaca: 1069 Pengunjung

Berita Terkait Lainnya