Hormati Tradisi Adiluhung Masyarakat Pegringsingan, Bupati Gede Dana Iikut Megeret Pandan di Tenganan
Festival Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, menyuguhkan pertunjukan yang sangat fenomenal, jelang penutupan, Kamis (6/6/2024).
Pertunjukan monumental itu terjadi dalam tradisi Mekare Kare (Megeret Pandan), yang biasa dilaksanakan setiap tahun. Selain karena antusias wisatawan banyak yang datang untuk mengabadikan tradisi adiluhung itu, masyarakat luar Desa Tenganan Pegringsingan juga banyak yang ngayah ikut uji nyali dalam perang padan tersebut.
Sebagai bagian dari masyarakat Karangasem, menjelang menutup festival yang diselenggarakan selama dua hari, Bupati Karangasem, I Gede Dana, juga mendapat kehormatan untuk tampil dalam tradisi perang pandan itu.
Mengenakan pakaian adat madya khas Desa Adat Tengan Pegringsingan, Bupati Gede Dana terlihat berbaur dengan masyarakat di depan bangunan Bale Petemu Tengah (tempat digelarnya tradisi Perang Pandan, red).
Sambil memegang tameng (alat untuk melindungi dari serangan musuh), Gede Dana terlihat asyik ngobrol dengan masyarakat yang menjadi calon lawannya dalam tradisi perang pandan tersebut.
Setelah perang padan berjalan beberapa sesi, tiba giliran Bupati Gede naik ke panggung pertunjukan lengkap dengan tameng yang dibawanya. Masyarakat yang hadir sangat antusias menyambutnya. Puluhan photographer profesional juga tidak ketinggalan untuk mengabadikan momen langka tersebut.
“Pak Bupati ikut juga toh, yuk gas kan kameranya,” celetuk salah seorang photographer sambil mengabadikan momen langka tersebut.
Dikonfirmasi usai mengikuti tradisi tersebut, Bupati Gede Dana, mengatakan, bahwa niatnya untuk ngayah dalam tradisi Mekare Kare tersebut memang sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. “Saya tulus untuk ngayah. Astungkara semuanya berjalan lancar,” ucap Gede Dana.
Menurut Gede Dana, tradisi Mekare Kare, Desa Tenganan Pegringsingan, merupakan tradisi yang sangat adiluhung sarat dengan ritual keagamaan. “Mengikuti tradisi Perang Pandan harus dilaksanakan dengan tulus, ikhlas dan fokus. Tidak boleh ada rasa marah, semuanya harus dilaksanakan dengan riang gembira. Ini punggung saya ada terluka sedikit, tapi tidak sakit,” terang Bupati Gede Dana.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Desa Adat Tenganan, I Putu Yudiana, Kerenteng, mengatakan, bahwa, sebagai masyarakat, Bupati Gede Dana tampil dalam tradisi Perang Pandan tersebut karena memiliki ketulusan untuk ngayah. “Sebagai masyarakat siapapun boleh untuk ngayah. Pak Bupati bagian dari masyarakat Karangasem dan sangat sewajarnya beliu ikut ngayah dalam tradisi Perang Pandan ini,” ucap pria yang juga mantan Perbekel Desa Tenganan Pegringsingan itu.
Berita Terkait Lainnya>
Terapkan Gotong Royong Pembiayaan Aktifkan TMD, Gubernur Koster Berhasil Efisiensi Anggaran hingga Rp 30 M
21 April 2025
270Siaran TV Digital Jangkau 90 Persen Wilayah Buleleng dan Jembrana, Gubernur Koster Siap Jadikan Turyapada Tower Kawasan Wisata Dunia
21 April 2025
323Buka Pawai Budaya Serangkaian HUT ke-254 Kota Gianyar, Wagub Giri Prasta Komit Dukung Pelestarian Adat, Seni, dan Budaya
21 April 2025
371Bali Satu-satunya Provinsi di Indonesia yang Pertama Ajukan Sensus Budaya ke BPS
21 April 2025
Pidato Lengkap Megawati Saat Pembukaan Kongres IV PDIP
Paduan Suara PDI Perjuangan BALI - Juara I