Wakil Walikota Arya Wibawa Dengar Keluh Kesah Rare Angon
Wakil Walikota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa menggelar meet and great bersama para rare angon untuk mendengar keluh kesah sekaligus usulan untuk Festival Rare Angon 2024.
Festival Rare Angon 2024 bakal dilaksanakan perdana di Pantai Mertasari, Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan pada 15 – 18 Agustus 2024 mendatang. Pada pertemuan Rabu (10/7) siang, Wawali Arya Wibawa mengapresiasi puluhan rare angon yang hadir tidak hanya dari Denpasar, tetapi juga dari Badung, Gianyar, dan daerah lainnya. Selain itu turut hadir perwakilan dari Dinas Pariwisata dan komunitas layang-layang Denpasar beserta tamu undangan lainnya.
Wawali Arya Wibawa menerangkan bahwa Festival Rare Angon 2024 ini adalah festival layang-layang pertama yang akan digelar di Denpasar. Dia berharap festival dapat diformat seperti Kasanga Festival dan menjadi rangkaian event tahunan di kalender Kota Denpasar.
“Itu wajib, saya dengan Bapak Walikota berpikir bagaimana tradisi melayangan ini tetap lestari di Kota Denpasar. Dulu kami punya konsep besar ogoh-ogoh dan kami pikir ini sama dengan layang-layang, bahwa itu musiman. Di Kota Denpasar kita ingin konsepnya sama dengan ogoh-ogoh yaitu Kasanga Fest. Pemkot hadir agar festival layang-layang ini memiliki nilai lebih,” ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa festival ini lahir dari pemikiran bahwa selama ini perlombaan layang-layang itu bersifat parsial atau hanya dilakukan oleh desa saja. “Rencana kami di Pemkot Denpasar ingin menyatukan semangat rare angon. Kami akan mengadakan liga yang bergengsi khususnya Kota Denpasar, itu konsepnya. Ini festival pertama, kami akan terima semua masukan nantinya dan evaluasi sehingga nanti festival kedua, ketiga akan terus kita sempurnakan. Saya harap festival rare angon ini dapat menjadi embrio bagi pecinta layang-layang. Dan berharap ini bisa menjadi daya tarik pariwisata dan melihat jendela menengok tradisi melayangan di Bali,” kata Wawali Arya Wibawa.
Rare angon yang hadir kompak mengemukakan keluhannya yaitu lahan yang mulai berkurang untuk menerbangkan layang-layang di Denpasar. Bahkan ada isu yang menyatakan Pantai Padanggalak, Denpasar Timur bahwa tahun ini menjadi tahun terakhir bisa digunakan untuk menerbangkan layang-layang. Selain itu pada festival ini para peserta berharap agar sekaa baleganjur dapat dilibatkan dalam perlombaan layang-layang ini untuk menghidupkan seni dan budaya tradisi melayangan di Bali.
“Di Denpasar setiap desa atau kelurahan memiliki warna masing-masing dan identitas masing-masing. Harapan saya, ciri khas ini bisa kita eksiskan kembali, terutama jika layang-layangan banjar turun, pasti sekaa baleganjur turun juga. Kita kangen suasana ini, kami meminta perhatian pemerintah agar taksu dalam melayangan ini tidak hilang,” ucap salah seorang peserta.
Selain itu, mereka juga berterima kasih kepada Pemkot Denpasar yang mau memperhatikan para rare angon dan sudah memfasilitasi untuk lahan pelayangan di Pantai Mertasari. “Kita lihat sudah mulai diperbaiki lahannya, diuruk agar bisa digunakan untuk rare angon melayangan. Semoga hal positif ini bisa terus berkelanjutan,” imbuh peserta lainnya.
Menjawab soal isu melayangan di Pantai Padanggalak, Wawali Arya Wibawa mengatakan pemerintah kota kesulitan mengintervensi lahan di lokasi tersebut, karena bukan milik Pemkot Denpasar. “Satu satunya yang bisa kita optimalkan adalah di Pantai Mertasari. Di sana tanahnya milik BWS (Balai Wilayah Sungai). Di sana tidak akan dibangun gedung atau semacamnya. Sudah kita tata (diratakan), walaupun belum selesai maksimal,” tandas Wawali Arya Wibawa.
Ketua Panitia Festival Rare Angon 2024 I Gede Pasek Eka Surya Wirawan, menambahkan festival ini berskala internasional dan terbesar di Bali. Panitia mengundang perwakilan dari 20 negara dan juga nasional. Dia berharap dalam festival ini nantikan akan dibuka banyak kategori lomba, seperti layangan kedis ngandik, janggan merak, lomba kober, dan sebagainya. Selain itu, untuk baleganjur dia akan membuat konsep lomba agar lebih menarik dan berbeda dari biasanya. Selain itu, pada festival ini juga akan memberdayakan pelaku UMKM dan usaha kuliner agar bisa terlibat di dalamnya.
Gede Pasek menyatakan direncanakan akan ada piala bergilir untuk para peserta yang dari banjar atau sekaa teruna (ST), guna menghidupkan kembali api semangat rare angon di setiap banjar dan desa. “Dalam hal ini ada dua hal yang bisa kita lestarikan, layang-layang dan baleganjur. Saya juga mohon kepada para rare angon nantinya supaya kalau bisa memakai pakaian adat madya supaya lebih mataksu, terlihat elok gitu,” ucapnya. Di akhir acara dilakukan launching jingle rare angon untuk festival ini.
Berita Terkait Lainnya>
Relawan Madura Deklarasikan Dukungan untuk Koster-Giri dan Adi-Cipta
24 November 2024
310Giri Prasta Membangun Kabupaten Badung Melalui Digitalisasi & Inovasi
24 November 2024
261Desa Dalung di Badung All Out Dukung Adicipta dan Koster Giri
24 November 2024
361Tanggal 27 Nomor 2 yang Dituju, Koster-Giri Pastikan Adat, Budaya, dan Kearifan Lokal Bali Lestari
24 November 2024
Pidato Lengkap Megawati Saat Pembukaan Kongres IV PDIP
Paduan Suara PDI Perjuangan BALI - Juara I