Koster Siap Bangun Fasiltas Iradiasi Gamma untuk Produk Pertanian
Gubernur Bali Wayan Koster tak ingin berlama-lama dengan rencana pembangunan fasilitas penanganan pasca panen produk pertanian dengan sistem iradiasi gamma.
“Rencana pembangunan (fasilitas iradiasi gamma, red) ini merupakan pemberdayaan hasil pertanian dan penyelesaian masalah pertanian di hilir,” kata Gubernur Koster saat menerima audensinya Tim Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di ruang kerjanya, Denpasar, Selasa (2/4).
Menurut Gubernur Koster yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini, pembangunan fasilitas penanagan pasca panen hasil pertanian dengan iradiasi gamma merupakan salah satu wujud nyata dari pemberlakuan Pergub No 99 mengenai pemanfaatan dan pemasaran produk pertanian lokal.
Pergub ini sendiri bertujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan para petani di Bali.
“Jadi produknya bisa bertahan lebih panjang, buah-buahan dan sayuran awet dan tahan lama, serta terbebas dari bakteri,” terang Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Mengenai pendanaan yang diperkiran menelan biaya hingga Rp160 miliar, Koster yang dalam kesempatan tersebut didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan IB Wisnuardana menyatakan dirinya akan segera mencari solusi yang terbaik termasuk dengan mengupayakan alokasi anggaran dari Pusat.
Sebelumnya saat simakrama dengan masyarakat Buleleng, Koster menyebutkan, pihaknya saat ini hanya memikirkan skema pembiayaan, karena lahan yang akan dipakai sebagai lokasi pembangunan Iradisi Gamma di Buleleng sudah tersedia.
Lahan tersebut adalah milik Pemprov Bali seluas 22 hektare di kawasan Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Buleleng. “Lahan untuk pembangunan Iradiasi Gamma kan sudah siap, tinggal pakai itu. Kebutuhan lahan memang luas, karena harus ada pergudangan, ruang packing, dan penyortiran, sebelum masuk ke mesin pengolahan iradiasi Gamma,” tegas Koster
Sedangkan peneliti energi nuklir dari BATAN Prof. Yohannes Sardjono mengemukakan keunggulan dari penerapan iradiasi gamma pada produk pertanian dan peternakan yang mampu memperpanjang usia simpan produk tersebut.
“Pemaparan dengan sinar gamma akan membantu meminimalkan bakteri dan penyebab busuk lainnya sehingga masa simpan bisa lebih panjang. Namun demikian, prosenya sama sekali tidak merusak kandungan gizi dari bahan pangan dan tetap aman serta higienis untuk dikonsumsi,” papar Prof. Sardjono.
Ditambahkannya lagi, dengan masa simpan yang panjang, produk pertanian tersebut otomatis dapat dipasarkan dan didistribusikan dengan lebih leluasa karena meminimalkan resiko kebusukan.
“Jadi akan sangat mengurangi resiko produk yang terbuang sia-sia, petani pun bisa mendapatkan dampak secara ekonomi karena produknya bisa lebih lama dipasarkan,” katanya menambahkan.
Sardjono juga menyebutkan, fasilitas iradiasi sinar gamma sudah banyak diterapkan di negara-negara lain terutama yang memiliki komoditas pertanian.
“Jepang misalnya sudah punya belasan fasilitas iradiasi sinar gamma untuk penanganan produk pertaniannya. Begitupun China dan Australia. Harapannya dengan pembangunan fasilitas ini Bali bisa menuju kepada kedaulatan pangan, penanganan pertanian dari hulu ke hilir serta memberikan produk berkualitas baik untuk pasar lokal maupun wisatawan asing,” tutup Prof Sardjono.
Berita Terkait Lainnya>
Diharapkan Jadi Wisata Bahari dan Kuliner Baru, Walikota Jaya Negara Serahkan Bangunan Pasar Ikan dan Balai Bendega
28 Desember 2024
260Jaya Negara Wakili Pemkot Denpasar Terima LHP Belanja Daerah TA 2023 dan 2024 dari BPK RI
28 Desember 2024
310Bupati Giri Prasta Hadiri Penyerahan Secara Digital DIPA dan TKD 2025
28 Desember 2024
359Spirit Pengabdian dan Melayani Wayan Koster
28 Desember 2024
Pidato Lengkap Megawati Saat Pembukaan Kongres IV PDIP
Paduan Suara PDI Perjuangan BALI - Juara I